Ebiz Ads

Sabtu, 27 Maret 2010

Joy Card, Mencicip Bisnis Permainan Kreatif Anak


Bagi anak-anak bermain adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan sehingga membuat lupa waktu. Sebaliknya belajar seringkali membuat anak mudah bosan.

Dengan alat semacam permainan kreatif sekaligus mendidik yang diciptakan oleh Creative Edutoys, Fikri Kurniawan (26) ingin mengajak anak-anak belajar sambil bermain. Dengan demikian, semua yang diajarkan melalui alat permainan bernama Joy Card, anak-anak dengan mudah menghapal dan mengingatnya.

"Secara prinsip permainan yang ciptakan oleh Creative Edutoys adalah mengajak anak belajar sambil bermain," kata Fikri

Alat itu dinamakan Joy Card yang terbuat dari bahan kertas Ivory dengan gambar atau seri bermacam-macam, hewan, alat transportasi atau seri lainnya. Dengan alat itu anak bisa belajar bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan cara pengucapannya.

"Alat ini bisa disesuaikan umurnya untuk anak SD kelas 1 sampai kelas 6. Tinggal diputar akan keluar nama dalam bahasa Indonesia, Inggris dan cara mengucapkannya," kata Fikri sambil memperagakan cara memainkannya.

Sedang alat kedua yang diciptakan adalah ular tangga. Secara prinsip permainan mirip seperti permainan ular tangga yang biasa dimainkan. Ada dadu, bidak permainan yang dimainkan oleh tiga orang dan kartu pertanyaan.

Saat dimainkan anak-anak harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kartu merah atau biru yang disediakan. Anak harus bisa menjawab, bila tidak bisa menjawab tidak boleh jalan.

"Seri mainan matematika untuk melatih hitungan, perkalian, pengurangan atau pembagian. Bisa seri lainnya kita sesuaikan saja. Guru atau mungkin orangtua hanya sebagai pendamping atau pengawas saja," katanya.

Menurut alumni Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu saat diujicobakan kepada anak-anak terutama anak SD tidak ada hambatan. Mereka tampak senang dan bisa menyerap pelajaran melalui permainan itu lebih mudah.

"Alat ini juga bisa dimainkan di dalam kelas atau di luar kelas," katanya.

Fikri menambahkan sebelum mengembangkan usahanya itu, dia sempat mengajak bermitra dengan orang lain namun kemudian tidak dilanjutkan. Setelah itu tepatnya pada pertengahan tahun 2009, dia bersama adik dan teman lainnya mengembangkan sendiri usaha itu.

Untuk pemasarannya dilakukan melalui agen dan secara online. Agen-agen pemasaran sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dua alat permainan itu sudah dicetak hingga ribuan jumlahnya dengan harga relatif terjangkau di bawah Rp 10 ribu rupiah/buah untuk eceran.

Sementara untuk harga agen hampir setengahnya. Misalnya saja untuk Joy Card-transportation series, harga eceran terendahnya adalah Rp 10.000, namun harga agennya hanya Rp 5.000 dengan pesanan minimal 300 unit.

"Di semua alat yang kita produksi terdapat tulisan 'produk kreatif asli Indonesia'. Ini yang jadi ciri khas buatan kami," pungkas Fikri.

Anda berminat? Silakah hubungi:
Website: http://www.joycard.tk/

Rabu, 24 Maret 2010

Ebiz News

Bisnis Distro, Sebulan 24.000 Desain Baru


Proses untuk mendapatkan hak cipta atas desain busana di Jawa Barat, terutama untuk busana anak muda, masih sulit ditempuh. Langkah itu membutuhkan waktu yang cukup lama, hingga dua tahun.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jabar Ferry Sofwan di Bandung, Selasa (23/3/2010), mengatakan bahwa proses itu lama karena Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia membutuhkan waktu untuk mengecek keorisinalan desain yang diajukan.

Sementara itu, pelaku distribution outlet (distro), factory outlet, dan clothing harus mengganti rancangan desain busana untuk anak muda secara cepat dan rutin, biasanya sebulan sekali. Jumlah desain busana yang dikeluarkan setiap bulan pun sangat banyak.

"Di Bandung, jumlah distro dan clothing saja sekitar 1.200 unit. Setiap bulan, jumlah desain yang dikeluarkan usaha pakaian itu ditaksir mencapai 24.000 buah," katanya.

Ferry mengatakan, Kementerian Perindustrian juga sedang menyusun daftar motif batik di Indonesia. Langkah itu dilakukan agar motif batik lokal tak ditiru negara lain. Saat ini, produk batik dari China sudah beredar di pasar lokal.

Menyeruput Rupiah dari Teh Bercita Rasa Buah


Menyeruput teh sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Orang kerap meminum teh di sore hari atau untuk melawan hawa dingin. Banyak pula orang yang suka mengonsumsi teh dalam kondisi dingin untuk mengusir haus kala panas menyengat di siang bolong.

Belakangan, penyajian teh dalam keadaan dingin ini makin banyak peminat. Mungkin, iklim tropis di Indonesia yang panas membuat orang menyukai minuman dingin yang menyegarkan. Apalagi, meminum teh selain menyegarkan juga menyehatkan.

Sedemikian merakyatnya minuman teh membuat permintaan minuman ini terus ada. Itulah yang mendasari Hamdan Rintawibawa berbisnis teh, dan menawarkan kemitraan gerai teh bernama Berkatea.

Tepatnya sekitar lima bulan lalu, ia sudah melakukan tes pasar sambil menawarkan peluang kemitraan dengan membuka beberapa gerai di Jakarta. Ternyata, animo masyarakat cukup baik. Hingga kini sudah ada lima mitra yang serius bekerja sama dengannya. Mereka berada di Kalimantan, Surabaya, dan Bekasi.

Hamdan tidak hanya menawarkan minuman teh biasa. Dia menciptakan teh rasa aneka buah, seperti leci, lemon, dan stroberi. Dia mengaku meramu khusus bahan baku teh buatannya. Inilah yang membuat aroma dan rasa teh Berkatea memiliki ciri khas. "Kami sedang membuat teh rempah," kata Hamdan.

Jika Anda berminat menjadi mitra, Hamdan menyediakan tiga opsi paket investasi. Pertama, Paket Hemat dengan investasi awal Rp 4,75 juta. Kedua, Paket Ekstra dengan investasi awal Rp 6,5 juta dan, ketiga, paket Berkatea Coffee sebesar Rp 7,5 juta.

Perbedaan tiap paket terkait pemberian fasilitas peralatan usaha kepada mitra. Pembeli Paket Ekstra mendapat tambahan mesin sealer atau mesin pengemas plastik. Sedang paket Berkatea Coffee menawarkan menu kopi selain teh rasa buah.

Adapun fasilitas standar yang didapat semua mitra adalah booth, bahan baku awal untuk 350 gelas, gelas plastik, tempat minum jumbo, saringan teh, hingga pelatihan pegawai.

Dalam kemitraan ini, Hamdan tidak membebani mitra dengan biaya royalti. Namun, untuk menjaga standar rasa teh, mitra wajib membeli seluruh bahan baku dari pusat. Untuk pemesanan selanjutnya, Hamdan menetapkan minimal pesanan Rp 500.000. Untuk pemesanan luar kota, minimal pesanan Rp 1,5 juta.

Hamdan menyarankan mitra mencari lokasi gerai di pusat keramaian, seperti sekolah, terminal, stasiun, area rekreasi, perkantoran, pasar, atau di depan minimarket. Harga jual Berkatea antara Rp 2.500-Rp 3.500 per gelas. Jika mampu menjual sesuai target minimal 50 gelas per hari, mitra akan meraih omzet Rp 3,75 juta-Rp 5,25 juta per bulan. "Modal bisa balik sekitar bulan ketujuh," janjinya.

Ketua Dewan Pengarah Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Amir Karamoy mengatakan, bisnis teh rasa buah memang sedang menjadi tren di masyarakat. Amir melihat teh sudah menjadi minuman rakyat. Selain itu, bisnis seperti ini biasanya menawarkan investasi awal yang relatif kecil. "Sehingga cocok bagi mereka yang ingin berusaha dengan modal kecil," kata Amir.

Seperti juga Hamdan, Amir mengingatkan aspek terpenting dari usaha ini adalah penentuan lokasi. Mitra harus menyesuaikan segmen pasar dengan tempat usahanya.

Tak kalah penting, Amir meminta calon mitra melakukan analisa keuangan sebelum memilih sebuah paket kemitraan. Calon mitra harus menghitung secara detail proyeksi pendapatan dari perkiraan besarnya pasar. Cara ini untuk menghitung kemungkinan balik modal usaha sejak awal.

Berkatea
Jl. WR Supratman No.70 Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang, Banten
Telp. 081806000666 dan (021) 32773638

Senin, 22 Maret 2010

Inovasi Jadi Modal Ike Tantang China


Berawal dari hobi, berujung hoki. Mungkin itu kalimat paling pas ditujukan bagi Ike Hadiani Kasman (53), perajin sekaligus pemilik PD Kria, di Jalan Purbamanik, Guruminda Kota Bandung yang bergerak di bidang industri kerajinan.
 
Meski lulus dengan predikat sarjana muda dari Akademi Tekstil Berdikari Bandung di tahun 1980, kecintaan Ike terhadap dunia kerajinan tak bisa dibendung. "Sejak SMA, saya sering membuat aksesoris dari kancing baju. Usaha sulam pita pun pernah saya terjuni, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menekuni kerajinan tas dan sepatu sandal kulit dengan variasi batu-batuan," tuturnya.
 
Ide awal membuat tas dan sepatu kulit berhiaskan batu-batuan tercetus medio 2004. Saat itu, Ike melihat belum ada desain yang memadukan aksesoris batu-batuan seperti mutiara, payet, mote, atau batuan alam lain dengan produk fesyen.
 
Dengan gigih, dia mencari bahan baku hingga ke seluruh Jawa Barat. Tidak mudah mencari bahan baku nomor satu. "Setelah berulang kali gagal, akhirnya saya temukan pemasok kulit dari Garut dan batu-batuan dari Sukabumi yang kualitasnya tidak diragukan," ujar Ike.
 
Bagi Ike, menjaga kepercayaan pelanggan adalah kunci utama pengembangan usaha. Untuk itulah dia berupaya mendesain hingga tas dan sepatunya nyaman dipakai.
 
Tentang pemasaran awal, Ike menempuh metode MLM atau marketing lewat mulut. Dia mengandalkan aktivitas luar rumahnya mulai dari kegiatan tenis hingga pengajian.
 
Akhirnya, setelah mengikuti pameran Kriya Pesona I di Bandung tahun 2006, produknya diburu pengunjung. Ratusan tas dan sepatu diborong pembeli. Bahkan, dia kewalahan memenuhi permintaan yang terus membanjiri stand-nya.
 
Pameran pun menjadi agenda rutin bagi Ike. Bahkan, dia mengakui bahwa nama PD Kria dibesarkan lewat pameran. Setelah keliling pameran di seantero nusantara, produk Ike akhirnya diapresiasi pemerintah dan dimasukkan menjadi salah satu produk unggulan nasional sehingga otomatis mendapat kesempatan berpameran ke luar negeri.
 
Lintas Benua
Lima benua telah dikunjungi Ike dalam rangkaian pameran. Di antaranya, Australia, Afrika Selatan, Belanda, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, China dan India. Hebatnya, hampir di setiap pameran internasional, produk yang dibawanya selalu habis.
 
Kini, setelah puluhan tahun menjadi wirausaha, Ike mulai menikmati buahnya. Setiap bulan, produksi tas dan sepatu bisa mencapai 150 setel dengan omzet produksi setidaknya Rp 100 juta.
 
"Saya dibantu 19 pekerja perempuan yang khusus bertugas menghias produk dengan batu-batuan. Ada lagi pekerja yang membuat tas dan sepatu yang biasanya memanfaatkan warga sekitar," ujarnya.
 
Meski produk kerajinan rawan penjiplakan, Ike tidak segan berbagi ilmu ke sejumlah rekannya sesama perajin. "Itung-itung nambah amal ibadah," kata perempuan yang telah menunaikan ibadah haji dari hasil jerih payahnya itu.
 
Membanjirnya produk China di bidang kerajinan, sama sekali tidak membuatnya gentar. Dia yakin, produknya yang dipasarkan dengan kisaran harga Rp 200.000-Rp 850.000 itu masih unggul di kualitas dan inovasi. Sebab, kebanyakan produk China merupakan produk massal dengan kualitas tidak terlalu bagus.
 
Bagi Ike, selama industri kerajinan dalam negeri terus berinovasi dan mencari keunikan masing-masing, produk sejenis dari China tidak akan mampu menggoyang produk lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
 

Minggu, 21 Maret 2010

Ebiz Inspirations

Jack Ma, Mantan Guru yang Jadi CEO Alibaba.com



Ingin membeli kancing baju dari China? Atau mesin-mesin besar? Tinggal masuk ke alamat situs Alibaba.com. Dalam satu kali klik, terpampanglah ratusan, bahkan ribuan produsen China. Mulai dari peraut pensil hingga barang yang besar dan rumit pengejaannya. Minimal ordernya pun cukup besar, ada yang 500 unit atau bahkan 10.000 unit.

Sebagian pemasok di Alibaba.com adalah perusahaan usaha kecil dan menengah (UKM). Alibaba.com telah menjadi situs business to business terbesar yang menghubungkan produsen di China dengan dunia.

Sama seperti dalam hikayat Seribu Satu Malam, ketika Alibaba meniru para perampok mengucapkan mantera ”Sesam, buka pintu”, terbukalah pintu ke negara pengekspor nomor dua terbesar di dunia itu.

Pengguna Alibaba.com sudah mencapai 8 juta dan pendapatannya terus meningkat. Akhir tahun lalu, pendapatan Alibaba.com naik 39 persen menjadi 440 juta dollar AS. Belakangan Alibaba.com juga menyediakan Aliexpress untuk para konsumen yang diperbolehkan memesan satu barang saja.

”Kecil itu indah. UKM menyediakan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia dan mereka adalah masa depan e-commerce,” ujar CEO dan pendiri Alibaba.com, Jack Ma, pada Pertemuan Tingkat Tinggi UKM APEC di Singapura. Ma mengungkapkan, mekanisme pembiayaan atau dukungan kepada UKM belum maksimal karena belum ada mekanisme standar yang dapat digunakan.

”Pada tahun 1999, kita memprediksi bahwa pemenang dalam bisnis internet adalah udang, bukan paus. Delapan tahun kemudian pengalaman membuktikan, perusahaan yang mendapatkan manfaat utama dari e-commerce adalah UKM yang menggunakan internet untuk memasarkan produk mereka atau untuk menemukan relasi bisnisnya di seluruh dunia,” lanjut Ma penuh semangat. Penampilan mantan guru ini tetap sederhana, dengan menggulung lengan panjang bajunya hingga ke siku.

Menurut dia, UKM layak mendapat perhatian karena semua bisnis besar berawal dari langkah kecil. ”Seperti bayi, semua orang tahu bahwa bayi ini akan tumbuh. Semua pelaku bisnis akan sukses karena mereka yakin akan keberhasilannya. Mereka berhasil karena terus menjaga mimpi besarnya. Orang bisa tahan satu minggu tanpa makanan, tiga hari tanpa minuman, tetapi orang akan mati jika kehilangan harapan dalam satu menit saja,” tutur Ma.

Ma sudah mengalami hal ini. Situs Alibaba.com tidak serta-merta besar seperti sekarang ini. Menurut dia, kesuksesan Alibaba.com tidak lain karena ”Kami tidak memiliki uang, teknologi, dan rencana ke depan,” ujarnya suatu ketika. Jack Ma menyatakan tidak pernah sekali pun menyangka akan sukses di bisnis online. Dia mantan guru Bahasa Inggris, bukan seorang teknisi komputer.

Minat Ma pada bahasa Inggris membawa dia keluar China dan memiliki pandangan lebih luas. Pada umur 12 tahun dia sudah tertarik belajar bahasa Inggris. Dalam delapan tahun masa kecilnya dihabiskan dengan bersepeda 40 menit menuju sebuah hotel di dekat Danau Hangzhou, sekitar 160 kilometer dari Shanghai. Ketika itu China baru mulai membuka diri dan mulai banyak turis yang datang ke China. Ma memberanikan diri menjadi pemandu gratis agar dapat cas-cis-cus mempraktikkan bahasa Inggris-nya. Pengalaman selama delapan tahun itu membuat pemikiran Ma lebih terbuka dan lebih mengglobal dibandingkan teman-teman sebayanya.

Ma membulatkan tekadnya belajar bahasa Inggris, tetapi perjalanan masuk menjadi mahasiswa tidaklah mudah. Dia harus mengikuti ujian masuk universitas sampai dua kali. Akhirnya, Ma diterima di Universitas Keguruan Hangzhou, semacam institut keguruan dan ilmu pendidikan pada masa lalu. Ma belajar menjadi guru sekolah menengah. Menurut dia, universitas tempatnya bekerja tidak begitu bagus kualitasnya.

Pinjam uang
Lulus dari universitas, Ma adalah satu-satunya dari 500 mahasiswa seangkatannya yang ditugaskan mengajar di universitas. Ketika itu gaji Ma sebulan sebesar 100-120 renminbi, setara dengan Rp 114.000-Rp 142.500 per bulan. Ma selalu memimpikan, setelah bertugas mengabdikan dirinya selama lima tahun, dia akan memulai bisnis hotel atau yang lain.

”Pada tahun 1992, perekonomian China sudah mulai bertumbuh, saya melamar banyak sekali posisi, tetapi tidak ada yang lolos. Akhirnya saya menjadi sekretaris general manager gerai penjual ayam goreng Kentucky Fried Chicken,” kata Ma. Dia juga menjadi penerjemah sebuah delegasi perdagangan.

Seorang teman kemudian memperlihatkan internet untuk pertama kalinya. Ketika Ma mencari kata beer di mesin pencari Yahoo, dia menemukan kenyataan bahwa tidak ada data tentang China. Mereka lalu membuat situs tentang China.

Ma semakin tertarik pada komputer dan meminjam uang 2.000 dollar AS dari kerabatnya untuk mendirikan perusahaan komputer. Padahal dia tidak mengerti tentang komputer ataupun surat elektronik. Dia bahkan tidak pernah menyentuh keyboard komputer sebelumnya. ”Rasanya seperti orang buta yang menunggangi macan buta,” katanya.

Perusahaan itu bersaing dengan perusahaan telekomunikasi raksasa China, China Telecom, selama satu tahun. Akhirnya, China Telecom menawarkan berinvestasi pada perusahaan Ma sebesar 185.000 dollar AS. ”Itu adalah uang terbanyak yang pernah saya lihat sepanjang hidup saya,” kenang Ma.

Sayangnya, Ma hanya kebagian satu kursi dewan direksi. Setiap hal yang diusulkan langsung ditolak mentah-mentah. Ma mengandaikan keadaan itu seperti gajah dan semut. Mimpi memiliki perusahaan sendiri tidak juga padam.

Perjalanan Alibaba.com bukannya tidak tanpa hambatan. Pada tahun 2002, dana tunai hanya tersisa untuk bertahan selama 18 bulan. ”Kami memiliki banyak anggota yang menggunakan situs kami, tetapi tidak tahu apakah kami bisa mendapatkan uang. Kami mempertemukan eksportir barang dari China dengan pembeli dari AS. Model ini menyelamatkan kami. Pada akhir 2002 kami berhasil membukukan keuntungan sebesar 1 dollar AS. Setiap tahun keuntungan kami bertambah-tambah,” katanya.

Menjadi perusahaan publik juga titik balik penting. Alibaba.com berhasil meraup dana penawaran saham perdana 1,7 miliar dollar AS di Bursa Saham Hongkong pada November 2007. Itu merupakan penawaran saham perdana (IPO) internet terbesar sejak IPO Google di Nasdaq.

Ma telah berhasil mewujudkan mimpi besarnya menjadi kenyataan walaupun tidak mulus dan selalu ada hambatan.

Miniatur Gerobak Syumeiraty Rashando Diminati Presiden


Saat mengalihkan usahanya dari penjualan aksesoris pakaian remaja menjadi kerajinan pada 2004, toko Syumeiraty Rashando (33) langsung sepi. Pengunjung lima orang sehari belum tentu datang. "Pelanggan lama berpikir, kenapa jadi menjual kerajinan," katanya.

Pemilik usaha Crayons Craft & Co di Jalan Aceh Nomor 15, Bandung itu memulai usahanya pada 1995. Namun, kompetisi bisnis kian lama semakin ketat dengan bertambahnya pesaing. Saat prospek bisnis aksesoris tak lagi dianggap cerah, ia pun beralih menjual kerajinan.

Syumeiraty berpikir, ia harus bisa membuat konsumen mengapresiasi usahanya lebih dulu. Akhirnya, kursus gratis ditempuh sebagai solusi. Para peserta kursus hanya perlu membayar starter kit (perlengkapan) sebesar Rp 100.000. Mereka pun bisa mengikuti kursus gratis selama dua jam.

Benar saja, informasi dari mulut ke mulut memang efektif. Konsumen kian banyak. "Untungnya, waktu toko masih sepi saya melatih pegawai membuat kerajinan," katanya.

Saat toko sudah cukup ramai, pasokan kerajinan pun tidak terhambat.

Produk yang dihasilkan misalnya gantungan kunci, hiasan telepon seluler (ponsel), miniatur gerobak atau pikulan, dan replika makanan. Miniatur itu sangat detil sementara kemiripan replika makanan nyaris tak berbeda dengan aslinya.

Kini, sekitar 10 miniatur gerobak atau pikulan dan 15 replika makanan bisa terjual per minggu. Adapun penjualan hiasan ponsel mencapai 25 buah per hari. Contoh miniatur yang dibuat yakni gerobak atau pikulan sayur , rujak, dan sate dengan h arga mulai Rp 250.000.

Adapun harga replika makanan mulai Rp 350.000, misalnya udang saus mentega, spageti, dan sushi. Hiasan ponsel dijual dengan harga mulai Rp 15.000 per buah. Berbagai produk itu diminati remaja, pengusaha makanan, bahkan kepala negara.

Dalam pameran Inacraft di Jakarta tahun 2006 misalnya, gerai Syumeiraty dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Cukup lama Presiden singgah, hingga 15 menit. Padahal, lama kunjungan ke gerai lain kurang dari lima menit.

"Yudhoyono, menurut Syumeiraty, sangat ramah. Presiden bersedia diajak berfoto, bahkan memberikan masukan agar hasilnya lebih bagus. Sebelumnya, latar belakang foto adalah stan lain. Setelah diberi masukan, menjadi stan saya. Rasanya saya sampai linglung," guraunya.

Presiden lalu membeli miniatur kios rokok seharga Rp 600.000. Selain itu, Syumeiraty memberikan miniatur gerobak sate secara cuma-cuma. Kerajinan itu Syumeiraty juga diminati Mufidah Jusuf Kalla yang membelinya pada 2005.

"Istri mantan wakil presiden Jusuf Kalla yang ketika itu menjadi Dewan Kerajinan Nasional membeli miniatur gerobak bakso malang seharga Rp 550.000," imbuhnya.