Ebiz Ads

Sabtu, 02 Januari 2010

Bisnis Kue Kering Nan Menggiurkan


Kue kering atau yang biasa dikenal dengan istilah cookies bisa dibilang bisnis yang tak pernah kering. Jenis kue ini sering menjadi primadona pada saat-saat hari raya keagamaan terutama lebaran. Karakter kue yang tahan lama hingga berbulan-bulan membuat kue kering selalu dicari orang.

Kisah sukses berbisnis kue kering dialami oleh Dedi Hidayat dan istrinya Diah Susilawati, dengan bermodal Rp 2 juta pada saat memulai bisnis di tahun 1996 lalu, kini dua orang ini menjadi pengusaha sukses dengan omset hingga Rp 15 miliar per tahun.

Melalui bendera J & C yang merupakan kependekan kata dari 2 nama putra-putrinya yaitu Jody dan Cindy (J & C), Dedi dan Diah meretas bisnis kue kering atau jenis roombutter.

Kisah awalnya, Dedi menuturkan kepiawaian sang istri yang pintar membuat kue menjadi titik cerah usahanya, meskipun dia mengakui keterampilan sang istri tidak muncul begitu saja, melainkan muncul setelah rajin mengikuti kursus dan rajin melakukan eksperimen membuat kue.

"Waktu krismon 1997 lalu jenis-jenis roti kurang diminati, saya melihat ada peluang di kue kering," kata Dedi saat ditemui di pabriknya Bandung akhir pekan lalu.

Hingga sampai saat ini setidaknya ia telah mampu membuat 54 jenis kue kering roombutter yang telah dipasarkan di dalam negeri maupun di ekspor ke Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

"Produk kita sudah masuk ke Singapura, sejak setahun lalu karena ikut pameran," ucapnya.

Dibantu oleh kurang lebih 400 karyawannya bisnisnya semakin menggeliat terutama memasuki bulan-bulan puasa dan lebaran. Bahkan ia memperkirakan bisnisnya pada tahun ini akan mengalami kenaikan hingga 35% dari tahun sebelumnya.

Dikatakannya tantangan bisnisnya sampai sekarang ini adalah masalah pengemasan atau packaging, khususnya untuk kue kering yang akan diekspor ke luar negeri. Pengemasan sangat penting dalam menjaga kualitas produknya.

Meski belum masuk dalam status usaha waralaba, J & C tawarkan konsep keangenan sebagai distribusi produk-produk J & C. Dimana para calon agen terbagi menjadi dua yaitu agen biasa dan agen khusus.

Menurut Dedi, sampai saat ini J & C telah mengantongi 7 keagenan khusus diantaranya 1 di Batam dan 6 agen di Jakarta, sedangkan untuk agen biasa sudah mencapai 1000 lebih yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Kalau mau jadi agen biasa itu minimal pembelain 30 lusin (toples) atau Rp 13 juta, untuk agen khusus Rp 400 juta sebanyak 1000 lusin," imbuhnya.

J & C
Dedi Hidayat dan Diah Susilawati
Jl Bojong Koneng Atas 8A Bandung Jawa Barat, 40191
Telp : 022- 7100341, 70700975

Masnedi, Eksportir Batik ke Jepang


Peluang pemasaran industri batik di luar negeri kini masih terbuka lebar, dengan syarat pengusaha bisa menjaga kualitas dan seni batik tulis yang mengikuti kemauan konsumen, kata perajin batik Cirebon.

"Pangsa pasar batik di luar negeri, seperti Jepang masih terbuka, asal kita bisa menjaga komitmen dengan konsumen," kata perajin batik Masnedi Masina di Cirebon.

Masnedi, yang juta Sekretaris Koperasi Batik Trusmi Cirebon itu, menjelaskan ia sudah lama menjalin hubungan dengan konsumen di Jepang dalam memasarkan batik tulis khas Cirebon.

Menurut dia, konsumen Jepang tersebut sangat menghargai karya seni batik dan setiap tahun terus memesan sekitar 30 batik dengan harga di atas Rp 2 juta. "Orang jepang tersebut menanyakan kepada saya, berapa batik yang bisa dihasilkan setiap tahun? Saya jawab, tidak bisa ditarget karena membatik memiliki unsur seni," katanya.

Mendengar jawaban tersebut, konsumen Jepang itu menyampaikan kepuasannya, tambah Masnedi. Ia mengatakan peluang pasar batik di negeri Sakura tersebut masih terbuka luas.

Dalam perkembangannya, konsumen Jepang membawa foto yang harus diterakan dalam pembuatan batik. "Kalau sudah begitu kami tinggal memenuhi permintaan saja," katanya.

Ia mengatakan hingga kini ada enam pelanggan di Jepang yang setiap tahun memesan batik tulis Cirebon. "Kuncinya ialah melayani pelanggan luar negeri tersebut harus tepat waktu. Misal, mereka pesan 15 potong dalam enam bulan, jika hanya selesai 10 potong ia akan marah, jadi harus benar-benar selesai 15 potong," katanya.

Mengenai harga, konsumen Jepang sangat paham karena yang dibeli adalah karya seni batik, tambahnya pula. Karena itu, sekitar 95 persen batik tulis karya Masnedi dikirim ke Jepang. "Alhamdulillah, saya membatik sudah generasi ke tujuh dan kini delapan anak dan mantu sudah mewarisi cara-cara membatik yang berkualitas dan terus dikirim ke Jepang," katanya.

Jumat, 01 Januari 2010

Mencicipi Laba Garing Rengginang Singkong


Mencicipi rengginang dari beras ketan sudah biasa. Banyak orang Indonesia yang pernah merasakan gurihnya cemilan mirip kerupuk ini. Tapi, belum banyak orang yang pernah mencicip rengginang dari singkong.

Adalah Kristianingsih, pengusaha cemilan asal Bojonegoro, yang memopulerkan rengginang berbahan baku singkong ini. Walaupun begitu, bentuk dan rasa rengginang buatan wanita yang akrab disapa Kristin ini tidak berbeda dengan rengginang dari beras ketan.

Kristin menuturkan, ide membuat rengginang dari singkong timbul setelah melihat produksi singkong yang melimpah di Bojonegoro. Saking melimpahnya, banyak singkong yang lantas terbuang begitu saja. Petani pun kerap mengobral singkong mereka saat panen. Kala itu, harga satu kg singkong cuma Rp 200.

Kristin lantas mencoba memanfaatkan singkong tersebut. “Saya coba bikin jadi rengginang, sebab rengginang makanan khas di daerah kami,” kisahnya.

Namun, ternyata membuat rengginang dari singkong tidak mudah. Setelah tiga bulan, Kristin baru berhasil menemukan racikan dan cara mengolah yang tepat. Setelah itu, sejak lima tahun lalu, Kristin mulai berbisnis rengginang singkong di bawah bendera UD Gading.

Ternyata, bisnis Kristin berkembang pesat. Saat ini, dibantu 16 pekerjanya, Kristin bisa mengolah tiga kuintal singkong menjadi sekitar satu kuintal rengginang. Dalam sebulan, biasanya ia bisa membuat sekitar 25 kuintal rengginang.

Kristin melego rengginang bikinannya seharga Rp 10.000 per kilogram untuk rengginang mentah, dan Rp 25.000 per kilogram untuk rengginang goreng. Padahal, Kristin memperoleh singkong dengan harga murah.

Kristin membeli bahan baku singkong dari sekitar Bojonegoro seharga Rp 600–Rp 700 per kilogram. Tapi, saat di daerahnya sedang tidak panen singkong, dia harus menambah pasokan dari Tuban. Untuk itu, ia harus merogoh kocek hingga Rp 1.000–Rp 1.300 per kg. Dari bisnis ini, Kristin mengaku bisa mendapatkan margin laba cukup besar, yakni sekitar 30 persen-35 persen.

Tambah lagi, rengginang singkong Kristin terhitung laris manis. Padahal, menurutnya, tidak ada yang istimewa dengan cara pengolahannya. Kristin mengaku hanya memakai garam dan bawang untuk memunculkan aroma dan rasa. Ia juga membuat rengginang dengan rasa terasi dan rasa manis. Agar muncul rasa manis, ia menambahkan gula merah dalam adonan.

Renggiang singkong terutama laris menjelang hari raya dan libur panjang. Selain menjual sendiri renggiang singkong, Kristin juga memasarkan produknya di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Malang, dan Semarang.

Kristin juga rajin memperluas pasar, misalnya dengan mengikuti pameran. Hasilnya, permintaan dari daerah berdatangan. Misalnya dari Jakarta, Kalimantan, dan Ambon

Yeti: Rezeki dari Tusuk Sate


Warung Makan Sate Maranggi Cibungur yang terdapat di Jalan Raya Cibungur Purwakarta sudah 20 tahun bertahan. Hingga saat ini, nama warung sate ini sudah dikenal luas. Media cetak dan elektronik pernah melirik warung makan ini sebagai tempat makan pilihan.

Menurut Yeti sang pemilik warung sate, tidak ada yang istimewa dari cara pemasaran yang dilakukan untuk usahanya. Ia sangat terbantu dengan sistem promosi dari mulut ke mulut untuk usaha keluarga yang diturunkan oleh orang tuanya 20 tahun lalu itu.

Dahulu, makanan yang disajikan hanya Sate Maranggi dan Es Kelapa. Namun seiring berjalannya waktu, beragam jenis makanan lainnya hadir, seperti Sop Dengkul, Ikan Bakar dan Ayam Bakar.

Saat ini, Yeti memperkerjakan lebih dari 50 karyawan di warung makannya. Karyawannya adalah tetangga-tetangga Yeti sendiri, yang tidak berkesempatan bekerja di tempat lain.

Ditanya berapa jumlah omzet yang ia dapat perharinya, Yeti mengaku tidak tahu.

"Saya enggak pernah ngitung, pokoknya cukup buat bayar karyawan aja, ada sisa udah saya bersyukur. Makanya kalo ditanya berapa penghasilan, saya bingung jawabnya," cerita Yeti.

Yeti mengaku, soal rasa dan pelayanan kepada pengunjung adalah hal yang sangat penting untuk meraih kesuksesan dalam usahanya. Hal lain, yaitu masalah keterjangkauan dan kenyamanan suasana "kampung" juga membuat banyak orang "kota" yang singgah di warung makannya.

Yeti bertutur, jika sudah singgah di warungnya, maka sudah tak terlihat lagi tingkat sosial para pengunjung. "Semua kayaknya sama aja, enggak kelihatan, soalnya ada artis juga pake baju santai," kisahnya.

Dalam berjualan, ia tak mau muluk-muluk. "Berapa pun itulah rezekinya," ucap ibu empat orang putra tersebut.

Wanita yang mengaku tidak berpendidikan tinggi tersebut nyatanya bisa membuktikan bahwa berbekal kerendahan hati semua bisa menjadi mungkin.

Kamis, 31 Desember 2009

Mengemas Laba Bisnis Kemasan


Kemasan sangat menentukan keberhasilan sebuah produk mampu menembus pasar. Namun biasanya tidak mudah untuk menciptakan kemasan dan produk yang mampu diterima pasar. Masalah seperti ini seringkali dihadapi oleh para pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM).

Melihat peluang ini, Maria Magdalena pun memulai usahanya sebagai pengusaha makanan. Pada tahun 2008 lalu ia mencoba melakukan terobosan dengan membuat kemasan-kemasan unik bagi produk-produk makanannya, hasilnya kemasannya banyak dilirik orang.

"Sejak Januari 2008 lalu saya sering membantu UKM, dalam menembus pasar moderen. Lalu banyak yang bilang packaging produk saya bagus. Banyak usah kecil, yang bertanya," kata Maria

Semenjak itu lah ia bersama suaminya bertekad untuk mengembangkan usaha produksi kemasan skala kecil untuk memenuhi permintaan UKM. Setidaknya ia memulai dengan merogoh modal Rp 12 juta untuk membeli 3 mesin pembuat kemasan.

Walhasil, saat ini permintaan produk kemasannya mulai menyebar di seluruh Indonesia, selain sebagai mitra binaannya para UKM tersebut juga umumnya bergerak bidang produk makanan telah menjadi pelanggan setianya.

Beberapa produk yang ia hasilkan seperti stand-up pouch, alumunium foil, paper bag, plastic vakum, packaging machine, label dan lain-lain.

Ia mengatakan saat ini para UKM di Indonesia sering kali mengalami kendala dalam hal kemasan. Berdasarkan pengalamannya, banyak UKM terjebak dengan pemikiran bahwa produk UKM tidak harus bagus kemasannya sedangkan kemasan bagus hanya menjadi milik industri besar.

Selain itu, kata dia, masih ada paradigma di pengusaha, UKM jika kemasan yang bagus akan menambah beban produksi, padahal kata dia saat ini kemasan sangat menentukan keberhasilan sebuah produk di pasar. Ia mencontohkan produk-produk impor terlihat sebagai barang mahal dan bagus, hanya gara-gara dikemas secara rapih dan moderen.

Ia menjelaskan komposisi biaya produksi dari kemasan setidaknya hingga 30% masih dianggap wajar dan layak dipertimbangkan. Saat ini, ia biasa menjual harga kemasan termurah untuk ukuran sachet antara Rp 250 -1600 per sachet. Sedangkan untuk produk kemasan termahal adalah jenis komposit yang dijual Rp 8000 per kemasan.

Ia menjual ukuran sachet minimal dengan jumlah pemesanan 20.000 lembar, sedangkan untuk pemesanan di pabrik kemasan skala besar biasanya meminta pemesanan minimal diatas Rp 200 juta, selain itu ia berani jamin produk kemasannya lebih murah dari harga pabrik besar.

Bagi UKM yang telah memiliki kemampuan produksi tinggi ia menyarankan proses penutupan (perekat) kemasan harus menggunakan mesin otomatis dengan harga Rp 4,8 juta per buah. Bagi UKM yang produksinya masih rendah ia menyarankan untuk menggunakan penutup kemasan manual seharga Rp 350.000. Beberapa alat-alat tersebut ia juga sediakan bagi mitra-mitranya untuk dijual.

Hasilnya sampai saat ini bisnisnya semakin moncer. Dengan dibantu 25 orang karyawannya, setiap bulannya ia mampu membukukan omset hingga ratusan juta per bulan dengan menjual kemasan-kemasan seperti produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, produk kaleng dan lain-lain.

Anda tertarik?

CV. D&D Pack Indonesia

Maria Magdalena
Perumahan Cengkareng Indah Blok GD No 17 Jakarta Barat 11720.
email : marketingdnd@yahoo.co.id

Tonton Taufik: From Zero to Hero Menjadi Exportir Rotan Sukses


Berawal dari kesulitan mendapatkan pekerjaan pada tahun 1999. Tonton Taufik membuat CV. Putra Mas Corporation yang bergerak di ekspor furniture rotan melalui internet. Pada awalnya order yang di dapat dari internet diberikan kepada perusahaan yang sudah mapan di Cirebon. Dari komisi tiap order, dijadikan modal untuk membuat katalog dan dikirimkan ke banyak buyer.

Sejak tahun 2003, CV Putra Mas Corp. berubah menjadi PT Rattanland Furniture. Perubahan nama perusahaan berdampak positif terhadap kepercayaan buyer, sehingga tiap tahun penjualannya meningkat. Kekuatan yang dimiliki lainnya yang tidak dimiliki oleh perusahaan ekspor furniture rotan adalah strategi marketing melalui internet. Saat ini PT Rattanland Furniture menempati peringkat tertinggi di beberapa Search Engines dengan kata kunci “rattan furniture”. Misalnya diketik “rattan furniture” di Google.com, terlihat website www.rattanland.com menempati no.1 diantara banyak pesaing di dunia. Hal ini sudah berlangsung lama sejak tahun 2002 sampai saat ini.

Bidang usaha PT Rattanland Furniture adalah 100% menjual furniture ke luar negeri. Furniture yang dibuat berbentuk kursi, meja, sofa, tempat tidur, keranjang, lemari dll. Hampir 100% produk di anyam rotan/pisang/eceng gondok hasil produksi home industry di Cirebon.

Selain usaha ekspor via online, ada juga usaha offline nya, misalnya SPBU,angkutan BBM (tangki),dan angkutan kontainer.
Beberapa unit usaha yang dikembangkan adalah Website untuk usaha ekspor:

1. www.rattanland.com
2. www.theteak.com
3. www.patiofurni.com
4. www.syntheticwickerrattan.com
5. www.outdoorteakgarden.com
6. www.wickerfurniture.net
7. www.canefurnitureindonesia.com
8. www.imitationleatherfurniture.com
9. www.rattanfurniture.biz
10. www.CoupleShirt.com

Diharapkan dengan adanya direktori tersebut temen-temen yang berminat export bisa memanfaat kan media tersebut untuk promosi baik yang free atau yang berbayar secara Cuma-Cuma

Iim Fahima : Berjaya di dunia Online


Kehadirannya membius lawan bicara. Semangatnya menular sehingga siapapun di dekatnya ikut optimis. Sosok wanita muda cantik, elegan, percaya diri, dan berwawasan luas, seolah tak cukup menggambarkan pribadi Iim Fahima Jachja (31). Dialah konsultan online advertising yang melejit namanya diantara pegiat jasa virtual tanah air.

Pada tahun 2006, karier Iim di salah satu perusahaan periklanan terbesar di Indonesia, terbilang mapan. Karier suaminya, Adhitia Sofyan, saat itu pun cukup bagus, yakni sebagai art director disebuah agen periklanan asing. Tapi ditengah kemapanan yang bisa membuai itu, mereka justru mantap membuka lembaran baru dengan menjadi wirausaha. This is the time. Begitu tekad mereka kala itu. Padahal, untuk mewujudkan usaha impian tersebut, mereka harus memulai dari nol.

Mereka mengambil keputusan yang berani. Apalagi jika mengingat pada waktu itu, kondisi perekonomian Indonseia sedang tak menentu dan penuh ujian. Toh, Iim tak hanya berbekal nekat dalam membentuk bisnis jasa konsultasi maketing dan komunikasi onlie, yang ia beri nama Virus Communications, dibawah bendera PT Virtual Media Nusantara.

Ternyata, berwirausaha bukan 'mainan' baru bagi Iim. Meski ilmu marketing bukan latar belakang pendidikannya, bagi lulusan Program Studi Manajemen Penyiaran (Broadcasting), Akademi Media Radio dan Televisi, Jakarta, ini berwirausaha merupakan sesuatu yang mengalir dalam darahnya. "Eyang saya seorang pedagang. Beliau eksportir gula dan kayu. Kakak saya pun banyak yang jadi entrepreneur," ujar bungsu dari 9 bersaudara ini.

Pengalaman bekerja di bidang advertising yang mengandalkan media televisi, radio atau print ad (metode konvensional, begitu ia menamakannya) diakui Iim memberi banyak pelajaran berharga. Meski kini ia fokus pada dunia pemasaran bisnis secara online, ilmu komunikasi marketing yang ia dapat dari pekerjaannya dulu itu tetap menjadi landasan dalam mengaplikasikan usaha barunya. "Kesibukan pekerjaan saya yang sekarang tak jauh berbeda dari pekerjaan sebelumnya. Namun, karena terbiasa bekerja di perusahaan besar, dengan struktur dan sistem kerja yang sudah rapi, saya harus mencurahkan perhatian ekstra dalam membangun bisnis sendiri," katanya.

Yang membedakan cara bisnis Iim dengan advertising konvensional adalah hal perantara (medium) komunikasi. "Tantangan pemasaran via online seperti yang saya jalani, lebih besar. Bandingkan saja dengan sebuah iklan televisi, yang besarnya memenuhi satu layar. Di satu layar situs internet bisa terdapat banyak sekali iklan online. Nah disinilah seninya iklan online. Setiap konsultan iklan online butuh strategi khusus agar iklannya dilirik konsumen, dan menang bersaing dengan jejeran iklan lain, jika tidak paham betul ilmunya, iklan yang dibuat bisa jadi malah tidak efektif menjaring konsumen," ungkap Iim, panjang lebar.

Seorang konsultan iklan online yang baik, selain harus mengerti ilmu komunikasi marketing secara umum, juga harus memahami sejumlah hal lain. Mulai dari konsep komunikasi online marketing, perilaku konsumen online, sampai ilmu teknologi informasi, plus kreativitas yang tinggi.

Menurut Iim, era pemasaran sekarang sudah bergeser. Dulu, produsen ingin produknya selalu tampil sempurna di mata konsumennya. "Padahal, bukankah tidak ada satupun di dunia ini yang sempurna?" kata Iim. Untunglah, konsumen sekarang sudah dapat melihat kekurangan suatu produk, bahkan bisa menyampaikan kritik.

Tak sulit menelusuri jejak keberhasilan Iim. Sederet nama perusahaan besar menjadi kliennya. Sebut saja di antaranya Hewlett Packard, PT Telkom, Toyota, Auto2000, XL, Smart.

Rabu, 30 Desember 2009

Mantapnya Bisnis Pengaman Kebocoran Gas


Jutaan rumah tangga di Indonesia kini telah menggunakan elpiji untuk keperluan rumah tangganya. Sebuah peluang usaha pun bisa digali dari konsumsi masyarakat tersebut. Salah satunya adalah bisnis pengaman tabung elpiji yang ternyata cukup menggiurkan.

Betapa tidak menggiurkan, hampir seluruh masyarakat menengah ke atas kini telah menggunakan elpiji untuk yang ukuran 12 kg. Belum lagi, sebanyak 40 juta rumah tangga yang masuk dalam program konversi energi dari kompor ke elpiji 3 kg.

Adalah M. Sairin, pria asal Tegal ini memiliki ide membuat pengaman tabung elpiji agar tidak bocor. Kisah suksesnya menciptakan alat sederhana penekan regulator terhadap valve sungguh brilian.

Ia mengaku terinspirasi dari sering bermunculannya kasus kebocoran tabung yang berujung maut di seluruh Indonesia, telah membawanya menjadi calon produsen pengaman tabung pertama di Indonesia.

"Pada awalnya saya sering mendengar banyak tabung meledak. Saya punya solusi karena kurang tekan jadi bocor. Awalnya pakai karet, lalu tidak bocor, lalu saya punya ide membuat pengaman dari plat besi," kata Sairin

Ide membuat alat pengaman ini kata dia merupakan murni idenya sendiri. Saat ini ia sedang memproses tahap paten yang di fasilitasi oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Hukum dan HAM.

Ia mengaku produksi perdananya baru ia lakukan pada bulan Agustus 2009 lalu, saat ini sebanyak 3000-an pengaman tabung telah ludes terjual. Sayangnya kata dia, saat ini produk pengaman tabung ini belum banyak tersebar ke pasar secara umum.

"Pakai alat saya ini dijamin nggak bocor," katanya.

Melalui bengkelnya di Tegal, saat ini ia mulai kebanjiran pesanan dari beberapa wilayah di Indonesia. Kedepannya ia berharap pihak Pertamina selaku pelaksana program konversi bisa mengajaknya untuk sebagai rekanan. Dimana alat pengaman tabungnya bisa menjadi paket pemberian tabung dan kompor program konversi.

"Saya ingin kalau Pertamina sebagai bapak angkat, alat saya masuk dalam pembagian tabung dan kompor, jadi ada sehingga hak patennya terbantu," jelasnya.

Tawaran Kemitraan Distribusi Pengaman Tabung Elpji

Sairin menambahkan, saat ini pemasaran produknya masih terbatas di wilayah Jakarta dan Semarang melalui penjualan sendiri maupun beberapa rekanannya. Ia mengajak untuk bermitra dengan dirinya untuk sebagai agen penjualan atau pengecer.

Sistem kerjasamanya, para distributor minimal membeli sebanyak 50 unit pengaman tabung dengan harga Rp 17.000 per unit. Distributor diberikan kebabasan menjual dengan batas harga hingga Rp 65.000 per unit.

"Saya mengajak untuk gabung, pembelian minimal 50 unit. Saya jual harga Rp 17.000, dijualnya ada yang Rp 65.000, Rp 50.000," imbuhnya.

Saat ini ia telah memiliki 10 orang karyawan dengan kapasitas produksi per harinya mencapai 1000 unit dengan memanfaatkan bengkel bubut besar milik kakaknya.


Muhamad Sairin

Alamat:
JL. Kabunan Asri Blok A No 3 Kecamatan Dukuh Waru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Berkat Gedebok Pisang, Punya 100 Karyawan


Berkah pohon pisang tidak hanya buah atau daunnya. Tukimin (49) membuktikan bahwa dengan sentuhan kreativitas, gedebok pisang juga bisa menghasilkan sejumlah pemasukan dalam rupiah dengan menjadikannya kerajinan tangan yang digandrungi masyarakat internasional. Tinggal di lingkungan pedesaan membuat Tukimin akrab dengan alam sejak kanak-kanak. Ia yakin, alam menyediakan segala macam kebutuhan manusia untuk menyambung hidup.

Ia pun berang dengan manusia yang menyia-nyiakan berkah alam. ”Di sekitar rumah saya banyak orang membuang gedebok (batang) pisang setelah memanen buahnya. Menurut saya, limbah batang itu pasti bisa dimanfaatkan,” katanya.

Kendati sudah menekuni profesi sebagai penganyam serat alam sejak tahun 1996, Tukimin yang menetap di Dusun Tanggulangin, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo, itu belum dapat mewujudkan pikirannya. Pemilik CV Indo Seagrass itu sibuk menangani pesanan kerajinan anyaman serat pandan dan agel (gebang) yang sedang booming pascakrisis ekonomi.

Tukimin menjadi lebih sibuk setelah terpilih sebagai Kepala Desa Tanjungharjo sejak 2003. Akhirnya baru pada tahun 2008 pria lulusan SMA itu baru bisa mengolah limbah gedebok pisang karena sebagian program kerjanya sebagai lurah sudah terlaksana. ”Saya beralih ke bahan gedebok pisang agar beda dari perajin lain. Kalau saya tetap menganyam agel dan pandan, usaha saya tak akan berjalan karena banyak saingan,” ungkap Tukimin.

Selain itu, serat batang pisang juga memiliki tekstur yang berbeda dibanding serat alam lain. Serat gedebok lebih kuat, tetapi tetap halus dan empuk. Semakin muda usia batang pisang yang digunakan, semakin halus tekstur anyaman. Mengolah gedebok pisang sesungguhnya tak sulit. Bilah-bilah batang tersebut hanya perlu dikeringkan dengan cara dijemur 10 hari. Dalam proses pengeringan, Tukimin tidak menggunakan oven karena akan merapuhkan serat, yang membuat mudah patah saat dipilin.

Melalui distributor yang kerap memasok kerajinan anyaman di Nanggulan, Tukimin mempromosikan produknya. Tidak disangka, animo pembeli, khususnya luar negeri, begitu besar. Kerajinan buatan Tukimin laku keras di Spanyol, Hongkong, dan Jepang. Jumlah pesanan pun terus naik. Jika tahun-tahun sebelumnya Tukimin hanya membuat 10.000 hingga 20.000 produk anyaman setiap bulan, kini ia sanggup menghasilkan 100.000 produk, khusus dari bahan serat batang pisang.

Jumlah pegawai yang awalnya hanya 20 orang dirasa tidak lagi mencukupi. Kini, Tukimin mempekerjakan 50 pegawai. Itu belum termasuk jumlah pekerja tidak tetap sehingga totalnya bisa mencapai 100-an orang. Selain mempekerjakan pemuda-pemuda lokal, Tukimin juga menampung tenaga kerja dari kabupaten lain, seperti Bantul dan Gunung Kidul. Tukimin mengatakan, gaji pegawainya hampir setara dengan upah minimum regional DIY, yakni Rp 500.000 per bulan.

Untuk mempermudah transaksi dan komunikasi dengan pembeli, kini Tukimin juga sudah memanfaatkan sarana internet dengan berkirim surat elektronik (e-mail). Ia merasa belum siap untuk membuat situs internet sendiri karena masih gagap teknologi.
Rata-rata omzet CV Indo Seagrass di atas Rp 100 juta per bulan dengan batas keuntungan 20 persen. Tukimin tidak menikmati keuntungan itu sendiri, melainkan ia membagi kepada para perajin lain dalam wujud pelatihan usaha. ”Saya tidak mau pelit berbagi ilmu. Penjiplakan desain atau peniruan ide adalah hal biasa dalam usaha. Hal itu justru terus memicu saya agar tetap kreatif dan tampil beda,” ujarnya.