Ebiz Ads

Kamis, 24 Desember 2009

Mencicipi Bisnis Kemitraan Minuman Segala Umur


Minuman kopi, teh dan ice cream tentunya sudah akrab dengan lidah masyarakat pada umumnya, bahkan bisa dibilang 3 jenis minuman ini sudah menjadi minuman segala umur.

Melihat peluang ini, Hendra pemilik Revo Indonesia mengembangkan bisnis kemitraan 3 gerai minuman Revo Coffee, Revo Tea dan Revo Ice sekaligus.

Konsepnya sederhana saja, seperti kebanyakan pola kemitraan lainnya si investor menyetorkan uang investasi sebagai modal dan tanpa harus pusing-pusing memikirkan perlengkapan dan stok bahan baku karena semuanya sudah disiapkan pihak Revo.

Sekarang ini, hanya berselang setahun semenjak ia membuka bendera Revo setidaknya sudah ada 100 outlet yang telah bergabung, yaitu 83 outlet di Jakarta, 3 di Semarang,10 di Bandung dan 5 di Bogor.

Ia menjelaskan salah satu hal yang membedakan sistem kemitraan yang ia kembangkan adalah tidak adanya royalty fee bagi si mitra artinya investor tak perlu membayarkannya. Justru kata dia pihaknyalah yang akan memberikan royalty fee sebesar 20% dari pembelian bahan baku pihak lain yang telah diajak oleh si mitra. Selain itu, si mitra akan mendapat sponsor fee sebesar Rp 500.000 jika mampu mengajak mitra lainnya.

Bagi yang berminat, Hendra menjelaskan untuk Revo Coffee investasi yang diperlukan Rp 6,5 juta di luar dari tempat. Investor sudah mendapatkan 19 item pendukung bisnis mulai dari booth, peralatan pendukung, bahan jadi siap jual, kemasan, standing banner, peminjaman freezer dan lain-lain, termasuk training bagi penjaga toko.

Asumsi balik modal jika 2 bulan maka setidaknya dalam setiap hari harus mampu menjual 65 cup kopi per hari dengan perhitungan harga jualnya Rp 5000-6000 per cup atau dengan total omset rata-rata Rp 350.000 per hari.

Sedangkan untuk Revo Tea investasi yang diperlukan Rp 6,5 juta, perlengkapan pendukung yang diterima investor kurang lebih sama dengan Revo Cofee. Jika estimasi balik modal 2 bulan maka setiap bulannya harus mampu menjual 110 cup teh hijau dengan omset rata-rata omset Rp 300.000 per bulan.

Untuk Revo Ice biaya investasi yang diperlukan sedikit lebih mahal yaitu Rp 7 juta, investor akan mendapatkan freezer booth ice cream, bahan jadi siap jual dengan 4 rasa, kemasan cup, standing banner, brosur dan lain-lain. Setidaknya memerlukan 175 cup (Rp 2500 per cup) harus habis dengan omset rata-rata Rp 450.000 per hari, maka balik modal akan tercapai dalam dua bulan.

Sebagai gambaran keuntungan atau margin bagi investor, pihak Revo menjual setiap harga satuan untuk kopi Rp 2200 per cup, untuk teh Rp 1500 per cup dan ice cream Rp 1100. Si investor atau mitra bebas menjual hingga batas atas yaitu Rp 5000 per cup.


Hendra
PT Revo Indonesia
Bellezza Office Tower
Jl. Letjen Soepeno 34, Arteri Permata Hijau, Jakarta 12210
Email: hendracrown@gmail.com

Magic Shop, Si Waralaba Sulap


Perkembangan dunia sulap di Tanah Air semakin pesat. Kemampuan melakukan sulap menyulap sudah bukan menjadi dominasi orang-orang tertentu saja. Sulap sudah menjadi tren umum bagi khalayak banyak, sebagai kemampuan iseng-iseng maupun sebagai profesi yang menghasilkan uang.

Indro Julian salah seorang pesulap asal Jakarta yang sudah lama berkecimpung di dunia sulap melakukan terobosan unik. Yaitu ia mengembangkan konsep kemitraan membangun bisnis magic shop dan kursus sulap.

Setidaknya saat ini sudah ada beberapa lokasi Magic Shop yang ia miliki antaralain Puri Mall Jakarta Barat, Bellanova Mall Sentul, Point Square Lebak Bulus, Eka Lokasari Bogor dan Giant Mega Bekasi Barat.

Julian menjelaskan, konsep kemitraan yang ia kembangkan adalah membangun toko magic shop dan sarana kursus sulap. Bagi mitra yang berminat setidaknya harus menyediakan modal Rp 40 juta (diluar sewa tempat).

Dari dana itu si mitra sudah siap memiliki satu toko sulap dengan dukungan 2 tenaga sulap terampil yang siap menjadi pendemo, termasuk etalase, ruang ganti dan ruang belajar dan 100 jenis alat sulap yang siap dijual. Bahkan untuk satu bulan pertama, Julian memberikan keringanan dengan penanggungan biaya honor untuk 2 orang pegawai toko.

Mengenai kursus sulap, setiap gerai mitra akan menjadi tempat kursus, setidaknya ada beberapa paket khusus untuk kursus, yaitu:

Kursus sulap level 1 seharga Rp 2 juta dilakukan selama satu bulan 4 kali pertemuan. Para calon pesulap setidaknya akan mendapat 15 trik sulap dasar.

Kursus sulap level 2 seharga Rp 6 juta diajarkan selama 3 bulan 12 kali pertemuan, akan diajarkan sebanyak 48 trik sulap tingkat madya. Pada level ini para calon pesulap akan diberikan dasar-dasar sulap untuk di panggung.

Kursus sulap level 3 yaitu tahap hipnotis, paket yang ditawarkan seharga Rp 4,5 juta, proses belajar hanya dilakukan selama 2 jam saja. Kemudian level 4, pada tingkatan ini calon pesulap akan diberikan materi spesial panggung dengan paket Rp 8 juta dengan waktu yang cukup singkat.


Julian Entertainment

Indro Julian
Workshop:
Jl. Albatros H20, Kompleks Skuadron Udara Halim Perdana Kusuma-Jakarta Timur.

Rabu, 23 Desember 2009

Harumnya Bisnis Isi Ulang Parfum


Parfum bagi kebanyakan orang sudah menjadi kebutuhan yang vital sebagai syarat untuk menambah kepercayaan diri. Selain menambah wangi, bisnis parfum pun bisa membuat kantong Anda semakin 'percaya diri'.

Salah satu yang bisa dijajal adalah bisnis parfum isi ulang yang cukup menggiurkan. Di beberapa wilayah parfum isi ulang diminati konsumen karena selain harganya lebih kompetitif, para konsumen juga bisa dimanjakan dengan bebas memilih ratusan aroma parfum yang bisa mengundang selera masing-masing.

Salah satu seorang penjual parfum, sebut saja Albab di wilayah Tanah Abang mengatakan kelebihan dari menjual parfum isu ulang selain harganya murah, konsumen dimanjakan ratusan jenis minyak parfum yang bisa diracik dalam jumlah pembelian kecil maupun dalam jumlah besar, termasuk untuk jenis oles maupun semprot.

"Yang di jual disini jumlahnya bisa sampai 300 jenis aroma parfum lebih," katanya.

Dikatakannya secara garis besar parfum terbagi menjadi dua yaitu untuk parfum pria dan wanita. Umumnya karakter aroma jenis parfum untuk wanita lebih beraroma lembut (soft) sedangkan untuk pria relatif lebih keras aromanya. Beberapa jenis dan merek parfum antara lain jenis Delmar, Euphoria, Eternity, Escada, Escape, Hugo Boss dan lain-lain.

"Harga yang paling murah kita jual Rp 1500 per ml sampai Rp 3000 per ml, dari ukuran untuk oles paling kecil 5 ml sampai semprot yang berkuran puluhan mililiter," imbuhnya.

Ia mengaku dalam sehari mampu menjual hingga setengah kilo mili parfurm dengan omset rata-rata setidaknya bisa mencapai Rp 300.000-500.000 per hari.

Penjual itu mengaku mendapat pasokan dari seorang supplier di wilayah Tanah Abang bernama Abdul Rachim Syafi'i. Setidaknya Abdul Rachim sendiri sedikitnya memiliki 7 gerai parfum yang tersebar di beberapa lokasi di wilayah Jakarta Barat termasuk di Tanah Abang dan sekitarnya dan satu buah toko utama di wilayah Petamburan. Anda berminat?

Duta Parfum

Abdul Rachim Syafi'i
Jl. Petamburan V No 8 RT 02/05

Gulungan Laba Kue Gulung


Kemampuan mengemas bisnis terkadang bisa menjadi kunci keberhasilan seorang pengusaha. Begitu yang dialami oleh Sugiono yang sukses mengemas bisnis kue gulung.

Pria pensiunan seorang montir ini akhirnya memilih membuka usaha pembuatan kue semprong atau gulung hanya bermodalkan Rp 400.000, untuk membeli cetakan dan bahan baku adonan dan kompor.

Kue gulung? mungkin bagi sebagian orang kurang akrab dengan nama kue ini. Kue semprong atau kue gulung identik dengan kue makanan rakyat dengan bentuk sederhana hanya digulung-gulung memanjang dengan cita rasa renyah seperti krupuk.

Kisah suksesnya berawalnya pada tahun 2003 lalu, pada waktu itu ia mengaku kebingungan usai pensiun dari seorang montir. Pria yang mengaku yang saat ini berumur 76 tahun ini resah dengan masa pensiunnya tanpa ada kegiatan.

Semenjak itu lah ia memantapkan usahanya lebih serius dengan memproduksi secara massal. Pasar pertamanya adalah mengincar pembeli dikalangan menengah atas di wilayah perkantoran. Walhasil, sungguh menakjubkan kue semprong buatannya laris manis.

"Wah karena direspons bagus, saya langsung saja daftarkan produk saya ke depkes," tuturnya.

Produk kue semprongnya ia berani tawarkan mulai dari Rp 20-30.000 setiap satu pak dengan isi 30 batang. Saat ini ia hanya baru sedikit mengambangkan cita rasa yaitu rasa wijen, vanila dan rasa biasa.

Sugiono mengaku kue semprongnya laris manis mendekati Lebaran, Tahun Baru dan Natal. Dengan mengambil segmen menengah atas, tak segan-segan ia mengemas produknya semenarik mungkin dengan kemasan yang bagus. Ia mengaku saat ini omset usahanya hingga belasan-puluhan juta per bulan.

Kunci utama dari keberhasilan usahanya adalah kemampuan mengemas produk. Ia sadar kue semprong di pasaran selama ini dikemas apa adanya dengan tidak menarik. Ia mulai melakukan terobosan dengan membuat kemasan lebih eksklusif dengan berani memasang harga tinggi.


Yo' Gulung

Jl. Suryodiningratan MJ II/641 Gg Rahmat Kav BNI Yogyakarta 55141

Selasa, 22 Desember 2009

Kedai Digital, Bisnis Kreatif Beromset Ratusan Juta


Kreativitas memang terbukti tidak mengenal batas. Banyak hal yang bisa dieksplorasi dari sini, mulai dari seni hingga bisnis investasi. Untuk kategori kedua, seorang Saptuari Sugiharto sudah membuktikannya.

Mendirikan Kedai Digital pada bulan Maret 2005 di Demangan baru, Yogyakarta dengan produk pertama Mug, saat ini "Toko" Saptuari menyebar di 22 kota dengan jumlah 34 cabang. Omsetnya pun ratusan juta.

Ide awal Saptuari sangatlah sederhana. Dia merasa setiap orang mempunyai sifat narsis yang tinggi dan ide yang ada di masing-masing kepala manusia beragam. Namun wadah untuk menyalurkan hasrat narsis masih minim.

Tepat di tanggal 28 Maret 2005, Saptuari bersama 3 karyawan bertekad dan sedikit nekad mendirikan toko yang memproduksi merchandise pribadi. Menempati ruang yang hanya 2x7 meter, pria tambun ini memulai kisah suksesnya dengan memproduksi mug.

Kedai Digital menargetkan konsumen mereka adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa khususnya, punya sifat narsis yang overload hingga butuh wadah penyaluran.

Menurutnya, kota yang mempunyai basis mahasiswa disitulah prospek usahanya akan melaju kencang. Yogyakarta sebagai pilot project -nya telah mencetak omset Rp 70 juta per bulan per kedai. Omset yang sama juga terjadi di Malang. Maklum saja kota apel ini memiliki mahasiswa yang tak kalah banyak dari Yogyakarta.

Setelah mendirikan bidang usaha baru berupa cutting sticker tahun 2008, dia merencanakan toko pembuat undangan pernikahan berkonsep "Undangan Semau Kamu".

"Saya ingin orang yang ingin menikah, dan ingin punya undangan yang nyeleneh, kita bisa bikin," imbuhnya. Masih banyak diversifikasi usaha yang ingin Saptuari capai. Namun dia tetap mengkhususkan diri pada merchandise, sembari memikirkan apa yang dia lakukan keesokkan harinya.

Manisnya Bisnis “Helm Tengkorak” Hendra


Helm tidak lagi menjadi sekedar sebuah alat pengaman kepala dalam berkendara saja. Seiring dengan berjalannya waktu, helm juga menjadi tren fashion tersendiri bagi penggunanya.

Sudah banyak ditemui berbagai macam jenis dan bentuk helm di dalam negeri, disajikan dalam berbagai ukuran dan warna. Jika anda bosan dengan bentuk helm konvensional, anda bisa mencoba keunikan helm tengkorak.

Salah satu yang menjadi keunikan helm ini, tidak hanya motif tengkorak saja yang terpampang di sekitar helm, namun juga ada yang berbentuk tengkorak utuh, seperti jenis helm full face.

Menurut produsen helm tengkorak Hendra Trismawan, selama ini ia telah memproduksi berbagai jenis helm tengkorak, mulai dari helm catok, half face hingga full face.

Menurutnya, bisnis helm tengkorak mulai digelutinya hampir 5 tahun yang lalu, atau sekitar tahun 2004. Pada waktu itu, pria kelahiran Bandung 27 tahun silam itu menyiapkan modal awal hanya sekitar Rp 1 juta.

Awalnya, helm-helm tersebut dijual kepada teman dekat, seiring waktu permintaan model serta jangkauan distribusinya semakin meningkat.

Kini, Hendra bisa memproduksi sekitar 100 buah helm tengkorak per bulan. Dengan modal per bulan sekitar Rp 10 juta, ia bisa mengantongi omzet lebih dari dua kali lipat.

Jalur distribusinya pun meluas, bahkan hingga ke mancanegara. Menurutnya, negara yang menjadi pelanggan tetapnya antara lain Thailand, Jerman, Russia, Jepang dan Australia.

Harga 1 buah helm tengkorak bervariasi, tergantung jenis dan ukuran, dipatok dengan harga Rp 100.000-300.000. Sementara helm pilot dipatok sekitar Rp 300.000-400.000 per buah, tergantung dari ukuran.

Tertarik dengan peluang usaha ini?

Hendra Trismawan
Jalan Terusan Dursasana No 34, Bandung 40173, Jawa Barat, Indonesia.
Facebook: Hendra Trismawan
Email: ndraa_retroholic@ yahoo.com