Ebiz Ads

Jumat, 08 Januari 2010

Limbah Kayu Kreasi Gatot dan Jumadi Mejeng di Eropa


Kecanggihan teknologi komunikasi kini menjadi sarana penting dalam dunia usaha. Transaksi bisnis berlangsung di depan layar kaca. Cara itu yang dijalani Gatot Mujiyana (44), pemilik usaha Amarta Furniture di Jalan Wates Km 3,5 Ngepreh RT 01 /30 No 69, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Ayah tiga anak ini nekat memilih keluar dari perusahaan furnitur tempatnya bekerja pada tahun 1994 dan berniat membuka usaha sendiri. Bekal pengalaman kerjanya itu yang membuatnya menjalani bisnis furnitur dan kerajinan tangan.

Alumnus Pascasarjana Universitas Islam Indonesia Yogyakarta itu lalu memanfaatkan jaringan internet untuk menjual produknya ke luar negeri. Itu dilakukan bukan karena pasar lokal tidak menjanjikan. Menurutnya, banyak negara di Eropa menyenangi hiasan atau furnitur yang terbuat dari kayu jati.

Yang menarik dari bisnis Ketua Umum Komunikasi Ketoprak Kabupaten Bantul (FKKKB) itu adalah pemanfaatan limbah kayu jati. "Saya memanfaatkan limbah kayu jati, seperti akar kayu jati yang dijadikan kursi, tiang lampu hias. tempat buah, bola, dan sebagainya," kata Gatot saat ditemui di kediamannya di Bantul, Yogyakarta, pekan lalu.

Modal awal Gatot hanya sekitar Rp 8 juta, yang digunakan untuk biaya merakit mesin pemotong. Harga barang buatannya yang dijualnya tergolong murah di pasaran luar negeri, namun kualitas tetap terjaga.

Dari bisnis itu, Gatot membawahi sekitar 300 tenaga pengrajin. Tetapi, enam tahun kemudian, bisnisnya ambruk. Pemicunya adalah bom Bali pada 2002. Kondisi itu tak membuat pria bertubuh tambun itu menghentikan produksinya. Hal itu yang, membuat usahanya perlahan bangkit hingga sekarang. Dalam sebulan, Gatot mengekspor tiga kontainer produk furniture dan kerajinan tangan yang senilai Rp 300 juta. "Profit yang saya peroleh minimal 25 persen," kata pria berjenggot itu.

Hampir semua produknya terpajang di Belgia, Jerman, Perancis, Inggris, dan Singapura, mulai dari rumah penduduk, perkantoran, sampai hotel berbintang.

Bisnis perkayuan juga dilakoni oleh Jumadi, pemilik Jatisae Handicraft Industries di Jalan Parangtritis Km 5, Bangunharjo, Bantul, Yogyakarta. Pria yang hanya lulusan STM jurusan pembangunan di Yogyakarta ini sukses memasarkan produk puzzle dari limbah kayu ke negara-negara di Eropa.

"Ada sekitar 156 model yang saya buat sejak tahun 1996 usaha ini dirintis. Sebagian besar model dari keinginan klien," kata Jumadi. Hanya saja, dia menjual produknya separuh ke luar negeri dan separuh lagi ke pasar lokal. Omsetnya saat ini sebesar Rp 75 juta per bulan.

Komitmen Delia, Gatot Mujiana, dan Jumadi dalam berbisnis hanya satu, yakni terus bersemangat dalam menjalani usaha. Sebab, dari semangat itu lah banyak jalan keluar diperoleh dalam perjalanan bisnisnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar